Lisa tidak menjawab. ’’Hei, benar-benar misterius!” pikirku. ”Kita mau ke...,” ”Ah... itu tidak penting, sahabatku... Mmm, kau tak perlu tahu itu..” ujar Lisa. ”Ah.., kau ini. Seperti dengan siapa saja. Ayo…, katakan kita mau kemana?” tanyaku. ”Ku mohon Amanda.., jangan desak aku terus. Nanti juga kamu tahu sendiri.” ujar Lisa memohon.
“Jangan-jangan kamu mau mengajakku ke kuburan..” kataku bercanda. ”Hussh jangan begitu.., Aku serius.” jawab Lisa. ”Serius?!” kataku. ’’Ha… ha… ha…!!!” tawaku memecah keheningan.
“Ih… Kok malah ketawa? Eh itu dia tempat tujuan kita! Kita sudah sampai” kata Lisa. ”Apa?? Kamu mengajakku ke rumah tua itu?” tanyaku. Begitulah. Ayo masuk.” kata Lisa santai. ”Lis.., kamu tidak gilakan?” tanyaku. ”Sudahlah…diam saja!” ujar Lisa.
Ketika masuk rumah, terdengar suara petir bergemuruh, disusul oleh suara hujan. Kini sudah pukul 19.00.wib. Tapi,kami tenang saja kalau memang harus menginap di rumah itu. Karena, selain kami libur, orangtua kami juga keluar kota, dan kami tak mau ikut. Asal kami berani saja…, kami dapat menginap. ’’Ada orang?” tanya Lisa. Tak ada jawaban…. Suara Lisa bergema ke seluruh penjuru ruangan, menandakan tidak ada orang dalam rumah tersebut. Tubuhku merapat pada Lisa. ”Aku takut..” bisikku pada Lisa. Kemudian tubuhku merapat pada dinding di dekatku, terasa dingin dan kaku. Tiba,tiba…,”BLAM……!!!
“Suara apa itu?” tanyaku pada Lisa. Tapi kemudian aku melihat pintu yang ada di dekatku roboh, seperti didorong paksa. Lisa sepertinya tahu bahwa ada orang yang sepertinya mendorong pintu itu dengan sengaja. Lisa segera memberi perintah padaku.
“Lari..!!” perintahnya. Kami berpacu dari kamar-kamar kecil sampai kamar-kamar besar. ”Naik!!” perintahnya ketika ia menemukan sebuah tangga. Dengan panik kami berdua segera lari menyusuri tangga. Tiba-tiba aku terjatuh, karena tersandung sesuatu. Aku terguling jatuh ke lantai.
Saat aku jatuh ke lantai,aku melihat sesuatu. Ya.., sesuatu! Dia makhluk bertubuh tinggi, dan berwarna hijau. Tangan kanannya berupa kait, tangan kirinya berkuku panjang dan kotor. Dan giginya runcing,
“AAAA…!!” pekikku. ”Lisa…, Lisa tolong aku lisa…!!! Lisa...!! Lisa..” teriakku lirih. Badanku lemas akibat jatuh tadi. karena itu aku tak dapat lari. Aku pasrah kalau Lisa meninggalkanku. Tapi ternyata, Lisa berbalik arah. Dengan segala keberaniannya, ia melemparkan kayu kearah makhluk menjijikkan itu. Selagi makhluk itu mengerang kesakitan, aku dan Lisa berlari keluar rumah itu. Kemudian, kami berdua bergandengan sambil berlari menembus derasnya hujan. (Oleh:Anindya Widya .D.)